Studi Kasus: Mengenal Profesi dengan Menyenangkan di Kelas 1A SDIT Sunnah An-Najah
Penulis: Mayang Murni. M. Pd., Gr
Pembelajaran yang efektif tidak hanya berorientasi pada capaian kognitif, tetapi juga pada pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. Itulah yang diterapkan oleh Mu’allimah Mayang Murni, M.Pd., Gr dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas 1A SDIT Sunnah An-Najah dengan tema “Mengenal Profesi.” Melalui serangkaian kegiatan selama enam jam pelajaran (tiga kali pertemuan), peserta didik diajak untuk mengenal berbagai profesi secara kontekstual, aktif, dan menggembirakan.
Pertemuan Pertama: Mengenal Pekerjaan di Sekitar Sekolah
Pembelajaran dimulai dengan kegiatan eksplorasi lingkungan sekolah. Mu’allimah Mayang mengajak peserta didik berkeliling untuk mengenali berbagai pekerjaan yang ada di sekitar mereka, seperti guru, pedagang kantin, satpam, tukang bangunan, hingga imam masjid. Anak-anak tampak antusias saat mengamati langsung setiap profesi, bertanya tentang tugas-tugasnya, dan menyadari betapa setiap pekerjaan memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui kegiatan ini, peserta didik belajar secara konkret dan alami. Mereka tidak hanya memahami secara verbal tentang arti pekerjaan, tetapi juga merasakan maknanya melalui pengamatan dan interaksi langsung. Pendekatan ini sejalan dengan konsep experiential learning belajar melalui pengalaman nyata.

Pertemuan Kedua: Bermain Peran dan Menjiwai Profesi
Pada pertemuan kedua, suasana kelas berubah menjadi lebih hidup dan berwarna. Mu’allimah Mayang mengajak peserta didik memilih profesi yang mereka sukai, kemudian mengenakan atribut atau seragam profesi tersebut. Anak-anak tampil sebagai dokter, guru, polisi, chef, hingga petani kecil dengan penuh semangat.
Melalui kegiatan bermain peran ini, peserta didik tidak hanya belajar mengenal nama dan fungsi pekerjaan, tetapi juga menumbuhkan rasa empati dan penghargaan terhadap profesi orang lain. Mereka belajar berbicara di depan umum, memperkaya kosakata, serta menumbuhkan rasa percaya diri.

Pertemuan Ketiga: Berprojek Sebagai Nelayan Kecil
Puncak kegiatan ini berlangsung pada pertemuan ketiga. Semua peserta didik berperan sebagai nelayan. Mereka diajak mengikuti tantangan proyek, menangkap ikan di kolam buatan. Dengan penuh semangat, anak-anak belajar bekerja sama dalam kelompok, menggunakan alat sederhana untuk menangkap ikan, kemudian membawa hasil tangkapan untuk dijadikan projek keluarga di rumah bersama orang tua.
Di rumah, mereka memasak hasil tangkapan, mendokumentasikan prosesnya, dan membagikan cerita pengalaman mereka di kelas. Kegiatan ini bukan sekadar bermain, tetapi merupakan bagian dari pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yang menggabungkan kerja sama, kreativitas, serta keterlibatan keluarga dalam proses belajar anak.
Melalui rangkaian kegiatan ini, peserta didik mengalami proses belajar yang tidak hanya menyentuh aspek pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan sikap. Mereka belajar mengamati, memahami, mempraktikkan, hingga merefleksikan makna setiap pengalaman. Inilah esensi pembelajaran mendalam _(deep learning)_ ketika anak-anak benar-benar memahami apa yang mereka pelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata.
Kolaborasi antara guru, peserta didik, lingkungan sekolah, dan orang tua menjadi kunci sukses kegiatan ini. Lingkungan belajar yang variatif, metode pembelajaran yang beragam, serta pendekatan yang kreatif menjadikan pembelajaran lebih hidup dan menggembirakan.
Dengan inovasi seperti ini, SDIT Sunnah An-Najah terus menegaskan komitmennya dalam menciptakan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan berorientasi pada kebahagiaan belajar. Karena sejatinya, belajar yang menyenangkan akan melejitkan semangat dan potensi peserta didik menuju generasi yang cerdas, berkarakter, dan beradab.

Refleksi Guru: Menjadikan Belajar Sebagai Petualangan BermaknaM
Mu’allimah Mayang menuturkan,
“Anak-anak pada dasarnya adalah penjelajah kecil yang penuh rasa ingin tahu. Ketika mereka belajar dengan hati yang gembira dan pengalaman yang nyata, ilmu tidak sekadar dihafal, tetapi benar-benar dipahami dan membekas. Kolaborasi antara guru, lingkungan, dan orang tua menjadi jembatan penting untuk menumbuhkan semangat belajar yang tulus dan berkesadaran.”
Menariknya, pembelajaran ini tidak hanya mencakup ranah Bahasa Indonesia, tetapi juga menyentuh berbagai disiplin ilmu lainnya.
Peserta didik belajar mengenal kebesaran Allah melalui ikan ciptaan-Nya, yang mengarah pada Pendidikan Agama Islam. Mereka memahami bahwa ikan hanya dapat hidup di air, yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Dalam kegiatan menangkap ikan, anak-anak belajar berhitung sederhana—menghitung jumlah ikan yang tertangkap, membandingkan ukuran, dan memperkirakan hasil tangkapan, yang mengasah kemampuan Matematika.
Sementara itu, Pendidikan Pancasila dan Karakter (PPKn) muncul secara alami ketika mereka belajar mengantri dengan tertib, bersikap sopan saat mewawancarai profesi di sekolah, serta bekerja sama dalam kelompok.
Kegiatan memasak ikan bersama keluarga menjadi sarana untuk menumbuhkan Seni dan Kreativitas, bagaimana mengolah dan menghias makanan dengan menarik.
Dan tentu saja, seluruh proses pembelajaran ini tidak lepas dari penanaman adab dan akhlak, seperti bersabar, mendengarkan arahan guru, bersikap sopan, dan menghargai teman.
Kegiatan ini membuktikan bahwa pembelajaran tidak harus selalu di dalam kelas. Ketika guru mampu merancang pengalaman belajar yang autentik, peserta didik akan belajar dengan gembira dan penuh makna. Mereka tidak sekadar mengetahui konsep, tetapi memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan pengalaman secara mendalam.
Pembelajaran menyenangkan bisa diterapkan dengan baik guna mengoptimalkan kemampuan peserta didik, model dan metode pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi adalah salah satu kuncinya.

